Direktur Eksekutif Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan
Triyono Gani
Berniat Baik dan Ikhlas Akan Diberikan Jalan Oleh Allah

Triyono lahir dan menghabiskan masa kecilnya di kota Tasikmalaya, daerah tempat asal ibunya. Menjelang tamat SMP, barulah keluarganya pindah ke kota Semarang. Nama Gani adalah nama almarhum ayahandanya. Sering digunakan untuk mempermudah pengenalan.

Lulusan SMA Negeri 3 Semarang ini, tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Ekonomi Undip jurusan Manajemen pada tahun 1986. Pada awal perkuliahan, dia sempat didaulat sebagai ketua Komting, ketua angkatan jurusan Manajemen. Baginya, sebagai Ketua Komting, bisa sekaligus bisnis foto copy catatan perkuliahan. Hasilnya, “lumayan bisa nraktir makan mie ayam teman-teman yang ikut bantu”, katanya sambil tertawa. Enaknya lagi, kalau mengantar tugas teman-teman ke rumah dosen, “saya jadi dikenal sama dosen, dan setidaknya ada nilai tambah buat saya”.

Selain di Undip, Triyono juga sempat kuliah di Program D2 Komputer IKIP (sekarang UNNES).

Pagi kuliah di Undip, pulang pergi harus naik angkot, siangnya lanjut lagi kuliah di IKIP.

Karena keterbatasan waktu dan juga biaya inilah, yang membuatnya tidak bisa terlalu aktif di kegiatan kampus, baik yang intra maupun yang ekstra.

Meski begitu, bersama sahabatnya ketika itu, Sapto dan Karno (keduanya sudah almarhum), ternyata Triyono adalah perintis hadirnya kegiatan AIESEC di FEB Undip, organisasi yang digerakkan mahasiswa terbesar di dunia, yang ketika itu baru ada di beberapa universitas elit saja. Kini, AISEC menjadi salah satu kegiatan unggulan yang ada di Undip. Selain itu, mereka juga yang mempelopori kegiatan kompetisi simulasi trading bursa efek di Auditorium. Kegiatan ini pun sekarang menjadi bagian yang rutin diselenggarakan di lingkungan Fakultas Ekonomi. Ada kebanggaan tersendiri baginya, karena bisa meninggalkan kegiatan yang bermanfaat sebagai legacy bagi bagi kampus tercinta.

Sikapnya yang kritis, tidak pernah puas dengan satu situasi dan penuh dengan gagasan baru ini, terbawa ke tempatnya bekerja. Ketika  bekerja di Bank Indonesia, sejak 20 tahun yang lalu, dia sudah menggagas hadirnya sistem electronic document. Ketika itu, gagasannya ini tidak bisa dijalankan, karena culture kerja yang belum memungkinkan. Orang-orang masih belum terbiasa membaca lewat komputer dan penggunaan digital signature masih belum berkembang. 

Adanya situasi Covid-19 sekarang ini, menurut Triyono yang kini menjabat sebagai Direktur Eksekutif Inovasi Keuangan Digital OJK, telah memaksa kita harus bekerja dari rumah dan memaksa kita bekerja dengan menerapkan sistem e-document, sistem yang sudah dikenal dan digagasnya sejak 20 tahun yang lalu.

Ayah dari dua anak yang hobby bermain musik ini, kini lebih kepada bersyukur atas segala yang telah diraihnya. Tidak ada lagi ambisi untuk mengejar jabatan atau kekayaan. Dia hanya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak, bisa menyedekahkan sebagian dari apa yang dia punya dan merasa sangat senang bila dirinya memberikan manfaat bagi orang lain.

“Untuk mengisi waktu kosong, saya lebih senang membaca apa yang tertulis dan membaca apa yang terlihat”, katanya sungguh-sungguh.

Pengalaman tak terlupakan di kampus saat tengah perkuliahannya, dia sempat terancam berhenti kuliah karena Ayahnya sakit dan kondisi ekonomi keluarganya yang merosot. Semangatnya sempat drop. Pagi itu dia berangkat ke kampus untuk melihat yudisium hasil ujian sekaligus berharap bisa bertemu dengan teman-teman. Entah kenapa, dia juga tidak tau, tiba-tiba terpikir untuk membawa pasfoto yang ada dan memasukkannya ke dalam tas.

Sedang asik melihat hasil yudisium, tiba-tiba dipanggil Ibu Dewi Faunah - PD III waktu itu, dan ditawari beasiswa Astra. Dia harus mengisi formulir dengan cepat karena harus segera dikirimkan. Dan harus dilampirkan pasfoto. Nah...

“Saya sangat percaya dengan adanya invisible hand yang mengarahkan langkah kita”.

Triyono pun berhasil mendapatkan beasiswa Astra tersebut, berhasil melanjutkan perkuliahannya dan berhasil lulus tahun 1991 sebagai lulusan terbaik. Sejak saat itu, prinsip bahwa “apabila kita berniat baik dan ikhlas akan diberikan jalan oleh Allah SWT” telah menjadi pedoman hidupnya.