Masa kecil Handoko termasuk kaya pengalaman, karena ia menjalaninya di banyak kota. Ayahnya yang bekerja di Pegadaian kerap berpindah tugas. Handoko yang lahir di Yogyakarta melewatkan masa SD di Bali, Kebumen dan Purwokerto, Jawa Tengah.
SMP kelas 2 hingga SMA kelas 2 dilaluinya di Padang, Sumatera Barat, lalu pindah ke Jember, Jawa Timur. Lulus dari SMAN 2 Jember tahun 1983 ia sudah memantapkan diri untuk kuliah di Teknik Sipil, tetapi di Jember tidak ada jurusan tersebut.
Tahun 1984 barulah keinginannya terkabul, karena ia diterima di Fakultas Teknik Sipil Universitas Diponegoro. Di Semarang dia kos di daerah Singosari dan kemudian pindah ke Gombel.
Semasa kuliah ia lumayan aktif di organisasi, tapi sekadar sebagai penggembira. “Saya ikut mapala, kegiatan dies natalis, ikut organisasi tapi ramai-ramai saja, tidak pernah jadi pengurus,” katanya. Jam kuliahnya saat itu loncat-loncat, karena itu ia sering ada di kampus. Sambil menunggu waktu kuliah tiba biasanya dia dan teman-teman nongkrong di kafe Melati di Pleburan atau di warung makan di area teknik sipil.
Handoko mengaku dirinya bukan termasuk mahasiswa yang cemerlang, sehingga tidak diperhitungkan. Dia juga bukan mahasiswa yang alim. “Nakal-nakal dikit lah. Saya lulus agak lama, 6,5 tahun. Tapi katanya orang sukses itu 20 persen karena pendidikan, dan yang lain 80 persen,” ujar ayah tiga anak ini.
Tamat dari FT Undip dengan IP 2.5 lebih sedikit Handoko lalu mengirimkan 25 surat lamaran ke berbagai BUMN dan perusahaan. Yang pertama menerima dia adalah PT PP. Beberapa teman juga diterima di BUMN tersebut, tapi tak berapa lama satu per satu pindah ke perusahaan lain yang menawarkan penghasilan lebih besar.
Handoko yang merasa diri tidak pintar ini tak berniat melamar ke tempat lain, karena takut tidak diterima. Akhirnya ia tetap bertahan di PP. Kesetiaannya itu ternyata ada hikmahnya. Di PP kariernya tertata, karena dia memiliki kesempatan untuk semakin memahami perusahaan. Sebaliknya perusahaan juga semakin mengenali kemampuannya.
Terlibat dalam Proyek Strategis
Pertama berkarier di PT Pembangunan Perumahan Handoko langsung dikirim ke proyek di Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Lokasi itu harus ditempuh selama 13 jam perjalanan dari Makassar. “Karena saya tidak punya kemampuan lebih, ya tak lakoni wae,” katanya lagi-lagi merendah.
Salah satu proyek besar yang pernah ia tangani yakni menggarap lahan gambut untuk menciptakan persawahan 1 juta hektare di Kalimantan Tengah. Selama di lapangan, tak kurang dari 32 proyek yang ia tangani dan tidak satu pun merugi. “Alhamdulillah akal saya jalan untuk cari untung. Saya gak pinter tapi intuisi saya jalan, feeling lebih kuat. Karena kita pernah nakal, jadi tahu kalau ada anak buah yang nakal bisa cepat mengatasi,” tuturnya.
Kariernya di PP lambat laut naik menjadi site engineering manager, site operational manager, project manager, lalu ditarik ke kantor pusat. Selanjutnya ia menjadi asisten operasi cabang di Bandung, lalu wakil kepala cabang di Makassar, dan tahun 2012 menjadi Dirut PP Presisi.
Handoko termasuk bertangan dingin dalam membangun, membenahi, serta menghidupkan kembali kantor yang sudah tutup. Di Makassar ia mampu membesarkan kantor cabang dari yang hanya ditangani 3 orang kini memiliki sekitar 150 pekerja. Hampir semua universitas di Makassar kantor cabang PP yang mengerjakan. PT PP Presisi yang semula berbentuk koperasi untuk peralatan, dia sulap hingga mampu meningkatkan produktivitas, mengakuisisi perusahaan lain, dan kini bahkan sudah IPO (Initial Public Offering).
Tahun 2017 Handoko dipindah ke pusat dan menjadi Kepala Divisi Marketing Strategis. Dua tahun kemudian dia didaulat menjadi Direktur Utama PT PP Semarang-Demak yang kini fokus mengerjakan proyek jalan tol. Ia tentu bangga bisa terlibat dalam salah satu Proyek Strategis Nasional, proyek yang prestisius dengan menggunakan teknologi tinggi dan juga melibatkan para ahli dari luar negeri. PSN ini tidak
Ditanya tentang kiat dalam karier, Handoko menyatakan bahwa sebagai pemimpin ia tidak membebani anak buah dengan banyak hal. “Di perusahaan kan banyak tuntutan, tapi coba fokus ke dua hal saja tapi tajam, misalnya laba dan cash flow harus bagus. Jika ada yang mempengaruhi harus ditangai serius. Jadi fokusnya tidak ke mana-mana,” jelasnya. @