Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian. Dilansir dari kompas.com yang ditayangkan pada 4/8/2022, angka kematian berdasarkan penyakit jantung masih tinggi di Indonesia. Disebutkan bahwa berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit jantung koroner dan stroke masih menduduki peringkat pertama dan kedua sebagai penyebab kematian di dunia.
Masih dari artikel yang sama, di Indonesa penyakit jantung dan stroke menduduki peringkat pertama dari penyebab kematian paling tinggi. Selain itu, penyakit ini juga telah membebani BPJS hingga angka 10 triliun.
Melihat bahaya penyakit jantung, Hadjar Seti Adji membagikan pengalamannya sebagai penyintas penyakit jantung kepada alumni Undip melalui virtual zoom, Minggu (1/1). Mengangkat topik “Memahami Jantung Anda”, Hadjar menjelaskan mengenai faktor penyebab hingga gejala yang dialami seseorang dengan penyakit jantung.
“Ini adalah penyakit nomor dua di Indonesia yang bersifat membunuh. Bahkan di beberapa negara lain, penyakit ini di peringkat nomor satu penyebab kematian,” tuturnya mengawali sesi diskusi.
Alumnus Teknik Sipil Undip ini menjelaskan bahwa kualitas darah dapat memengaruhi kesehatan jantung. Di beberapa kasus, penyumbatan akibat penggumpalan darah yang terbentuk di dinding pembuluh darah sering kali dapat menyebabkan penyakit jantung. Istilah medisnya disebut blood clot.
“Ketika kulit arteri kita luka, maka darah putih akan langsung mengeroyok luka itu untuk melakukan pembekuan. Ini yang memicu terjadinya blood clot. Jika itu berada di tempat sempit, akan sangat membahayakan,” jelas Direktur Human Capitol & Pengembangan PT Wijaya Karya (Persero) tersebut.
Blood clot tidak hanya disebabkan luka, tetapi juga adanya plak yang berasal dari lemak tubuh. Biasanya ini terjadi pada pasien penderita kolesterol tinggi. Selain itu, dapat pula disebabkan konsumsi rokok, alkohol, stres, bahkan saat terjadi kontraksi dalam persalinan pada perempuan yang tengah melahirkan.
Tes Penyakit Jantung
????Hadjar menjelaskan, terdapat empat tes yang bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit jantung. Pertama, EKG. Cara ini yang paling umum dilakukan. Hanya saja, akurasi tes EKG tergolong rendah, yakni hanya mencapai 30-40 persen. Kedua, treadmil yang dilanjutkan dengan tes EKG. Akurasinya lebih tinggi yakni mencapai 40-60 persen.
Ketiga, MSCT. Cara ini dilakukan dengan memasukkan cairan kontras lalu difoto hingga ratusan keping foto dalam waktu yang sangat cepat. Dengan metode MSCT, akurasinya mencapai 70-80 persen. Yang paling akurat adalah kateterisasi, yang akurasinya hingga 100 persen. Kateterisasi ini dilakukan dengan cara memasukkan selang kecil yang elastis ke dalam pembuluh darah besar.
Penyebab penyakit jantung yang paling umum adalah rokok, stres, alkohol, hipertensi, penggunaan obat-obatan terlarang, kolesterol tinggi, faktor usia, obesitas, gender, dan faktor genetik atau keturunan.
“Terkait dengan gender, pria lebih berisiko mengalami penyakit jantung dibanding wanita. Waspadai usia 45 tahun untuk pria, dan 55 tahun untuk wanita,” jelasnya.
Untuk menghindari penyakit jantung, Hadjar menekankan pentingnya mengatur pola makan sehat. Hal ini karena kolesterol masih menjadi faktor utama penyebab penyakit jantung pada manusia. Selain itu, pastikan berolahraga secara teratur sesuai dengan kapasitas diri.
“Jangan terlalu berolahraga berat jika kita belum tahu betul kondisi jantung kita,” pungkasnya. (azza)