Direktur Utama Rumah Sakit Nasional Diponegoro
Sutopo Patria Jati
Penggagas Swab PCR Drive Thru Pertama di Jateng

Begitu lulus SMA 1 Semarang tahun 1985,  Sutopo Patria Jati langsung memilih Fakultas Kedokteran Undip sebagai kelanjutan sekolahnya. “Undip memang terbaik di Jateng saat itu sehingga saya mantap memilihnya,” ujar pria asli Semarang kelahiran 1966 ini.

Di kampus “Blue Jacket” ini, Sutopo aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan. Antara lain sebagai anggota Senat Mahasiswa FK, BPM, serta merintis Tim SAR FK Undip. Sebagai mahasiswa yang religius, Sutopo juga aktif di Badan Amalan Islam (BAI) Undip. Ia pernah merintis pembentukan Pergerakan Mahasiswa Muslim Indonesia (mahasiswa NU di FK). Di bidang olahraga, Sutopo aktif bermain basket dan pernah memenangi lomba basket di kampus.

Sedangkan di bidang seni,  Sutopo aktif di grup band fakultas. “Grup band FK pernah tampil di panggung kampus Pleburan. Waktu itu belum ada panggung terbuka dengan menampilkan band tiap angkatan yang mampu tampil di panggung besar seperti FK,” kenangnya.

Sutopo lulus dan menyandang gelar dokter pada 1993. Tak lama setelah lulus ia menikah dengan adik angkatan kuliah yang juga sesama dokter, Lily Kresnowati.

Masa tugas dokter PTT (pegawai tidak tetap) ia jalani di Temanggung, Jateng. Sehabis itu ia dimintai bantuan merintis pendirian poliklinik Udinus serta  Akademi Perekam dan Informatika Kesehatan Lintang Nuswantoro (Apikes) di Semarang sekaligus menjadi direktur pada 1997.

Jabatan Direktur Apikes ia jalani 2 tahun saja. Rupanya, ia berusaha memenuhi harapan orang tuanya agar menjadi PNS (pegawai negeri sipil). Sutopo melamar dan diterima sebagai dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Undip. “Saya lega bisa memenuhi harapan orang tua,” katanya.

Sebagai dokter, ternyata Sutopo kurang tertaik mendalami pendidikan dokter spesialis. Ia memilih melanjutkan Program S2 yang berkait dengan manajemen kesehatan, yaitu Magister Manajemen dan Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Undip.

S3-nya pun ia pilih yang berkait dengan edukasi kesehatan. Maka masuklah ia di Program S3 Manajemen Kependidikan Unnes.

Sutopo merupakan konsultan pertama dari proyek LGSP USAID dari FKM Undip, dari 2006  hingga 2009. Ia menangani Local Government Support Program bidang kesehatan. Pendampingan konsep pelayanan publiknya di Jateng sempat menjadi percontohan, sehingga ia sering diminta menjadi narasumber di provinsi lain selama proyek berjalan.

Pada 2010-2011 beralih menjadi konsultan Unicef menangani ibu dan anak dengan area Jawa Bali. Sutopo pernah diminta Kemenkes masuk dalam Tim Konseptor Revisi Pedoman tentang Perencanaan Terpadu Ibu dan Anak pada 2014 hingga sekarang.

Sejak 2017, ia sempat menjadi konsultan perencanan pelayanan kesehatan jiwa WHO. Ia kembali menjadi konsultan WHO pada 2021, namun bidang yang ditangani berbeda, yaitu kesehatan lingkungan (WASH) di puskesmas.

Di lingkup fakultas, Sutopo pernah Wadek 1 FKM Undip pada 2019. Namun hanya sebentar. Pada tahun sama, ia diangkat Rektor Undip menjadi Direktur Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND). Tantangan sebagai direktur rumah sakit penelitian dan pengembangan yang baru seperti RSND menurutnya tidaklah mudah.  “Saya diminta Pak Rektor agar RSND tidak defisit,” paparnya. Kerja kerasnya menunjukkan hasil. Saat ini  RSND sudah tidak defisit.

Sewaktu pandemi Covid-19 melanda negeri ini, Sutopo diangkat Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sebagai tim ahli Satgas Covid-19 Jateng. RSND pun diminta menjadi rujukan laboratorium pemeriksaan PCR Covid-19 pertama yang paling siap bahkan menjadi tempat magang dari berbagai laboratorium PCR lain di Jateng.

Sutopo menggagas layanan tes PCR drive thru atau layanan tanpa turun dari mobil di halaman RSND. Layanan seperti ini merupakan yang pertama di Jateng. Gagasan lain yang coba ia realisasikan adalah mengembangkan pusat rujukan RS khusus infeksi  serta pusat diagnostik dan terapi kanker payudara.

“Kita sedang mengusahakan peralatan mamografi teknologi terkini untuk mendeteksi dini gejala kanker payudara. Jika ini terealisasi, maka RSND termasuk RS pertama di Jateng yang bisa melayani deteksi dini kanker payudara lebih cepat & valid,” jelasnya.

Saat ini Sutopo juga tercatat dan aktif juga sebagai sekretaris Dewan Pakar Asosiasi Dinas Kesehatan Seluruh Indonesia (Adinkes Pusat), Ketua Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Jawa Tengah dan salah satu pengurus IDI Jawa Tengah.

“Alumni Undip harus membentuk jejaring karier agar bisa sukses bersaing dengan alumni perguruan tinggi lain di tingkat nasional maupun internasional,” sarannya.